Matabatin6869’s Blog

MEDIA MISTIK DAN BUDAYA

RITUAL KLENIK SOEHARTO

Ritual Klenik (Mistik) Soeharto
Author: Ahmad Makki. 19 May 2007 : 2:22 am.
INOVASI BARU: Cara Modern Menjadi Penulis Hebat!

Judul Buku : Dunia Spiritual Soeharto (Menelusuri Laku Ritual, Tempat-tempat dan Guru Spiritualnya)
Penulis : Arwan Tuti Artha
Penerbit : Galang Press – Yogyakarta
Cetakan I : 2007
Tebal : 197 Halaman

Boleh dikatakan masih banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Soeharto juga sering melakukan laku ritual (mistik) seperti halnya orang-orang Jawa pada umunya dan bangsawan Jawa pada khususnya. Sepanjang sejarah bangsa Indonesia, negeri ini memang selalu dipimpin oleh orang-orang Jawa. Masyarakat yang percaya akan dunia klenik. Bahkan warisan para leluhur orang-orang Jawa itu hingga kini masih saja dilakukan. Dari fenomena inilah sering dikenal dengan istilah kejawen.

Seorang kejawen biasanya sering melakukan ritual-ritual yang menurut logika dan eksakta sangat tidak masuk akal. Biasanya dengan mendatangi makam-makam (kuburan) orang terdahulu yang dianggap memiliki kekuatan supranatural atau keramat. Bahkan dengan melakukan puasa-puasa yang disertai berbagai syarat yang telah ditentukan oleh para nenek moyangnya.

Dan istilah pertapaan juga timbul dari ritual-ritual kejawen ini. Tujuannya tidak lain ialah untuk mendapatkan wangsit. Arahan yang harus dilakukan agar sesuai keinginan pelaku ritual yang didapatkan dengan melakukan berbagai ritual tersebut.

Buku ”Dunia Spiritual Soeharto: Menelusuri Laku Ritual, Tempat-tempat dan Guru Spiritualnya” karya Arwan Tuti Artha ini, seakan memberikan pengalaman baru akan dunia lain dalam diri Soeharto. Sebagai orang desa yang punya latar belakang budaya Jawa yang sangat kental. Penulis buku ini juga menjelajahi lika-liku perjalanan spiritual Soeharto.

Soeharto memang sosok pribadi yang dapat dihubungkan dalam wilayah kejawen. Beliau sendiri mengakui selalu ngelakoni seperti puasa dan semedi. Tak jarang Soeharto -dalam kesehariannya- juga selalu melaksanakan warisan leluhurnya untuk mengadakan selamatan-selamatan. Memang ritual semacam ini tidaklah sangat mengherankan dalam kehidupan para bangsawan Jawa terdahulu.

Bagi Soeharto, menjalankan puasa dan ritual-ritual kejawen lainnya sudah bukan hal yang baru. Mungkin lantaran inilah mengapa Soeharto dianggap ampun oleh masyarakat. Seorang yang dalam memancarkn kharisma saat memimpin bangsa ini. Tidak hanya itu, beliau dapat membangun kekuatan diri dan keluarganya dengan mudah.

Konon, Soeharto bisa mempertahankan kekuasaan selama 32 tahun lamanya, sering dikaitkan dengan faktor keberuntungan. Keburuntungan yang disebakan mau nglakoni (mengamalkan) ilmu-ilmu klenik yang telah diwariskan nenek moyangnya. Dalam ajaran klenik banyak diajarkan tentang cara menghitung hari yang tepat ketika hendak melakukan segala sesuatu. Mempertimbangkan baik-buruk. Selalu bersikap eling lan waspodo (ingat dan hati-hati) dalam menentukan masa depan dirinya.

Kesadaran diri untuk tidak melakukan tindakan secara sembrono (mengambil tindakan tanpa pertimbangan) inilah mendorong Soeharto untuk tidak terjebak pada hal-hal yang tampak menyenangkan tapi bersifat semu. Sehingga, representasi klenik dipercaya bisa memberikan arahan sekaligus solusi terhadap kehidupan yang mengalami kebuntuhan. Termasuk memprediksi nasib, beruntung tidaknya seseorang dalam menjalani kehidupan.

Melalui buku ini, Arwan Tuti Artha tidak hanya menyajikan ulasan detail tentang ajaran-ajaran yang mengandung nilai-nilai kebudayaan Jawa. Tetapi, dia juga mengungkap berbagai kisah unik dan menarik yang pernah dilakukan Soeharto selama menjabat sebagai Presiden.

Mulai dari kegemarannya menyimpan benda-benda keramat, berendam disebuah sungai yang airnya deras hingga bersemedi ditempat-tempat yang memiliki kekuatan gaib sampai mendapat wangsit yang diberikan leluhurnya melalui perantara tusuk konde yang biasanya dipakai Bu Tien (istri Soeharto). Hal ini tampaknya sangat jarang diketahui oleh khalayak umum.

Ulasan Arwan Tuti Artha mengenai kegemaran Soeharto untuk melakukan ritual-ritual klenik atau kejawen ini mestilah ada maksud dan tujuannya. Ditengarahi keinginan Soeharto sampai punya banyak kenalan dukun dan guru spiritual ini tidak lepas dari ambisinya agar tetap eksis menjadi penguasa di negeri ini. Pemimpin yang kebal dari serangan tenun dan santet selama menjalankan proses kepemimpinannya. Karena sejak awal Soeharto sudah dibekali dengan kesaktian oleh guru spiritualnya guna melindungi diri dari mara bahaya.

Akan tetapi berdasarkan pemaparan penulis, hanya satu hal yang belum sempat dilakukan oleh Soeharto. Hal yang kalau juga dilakukan oleh Soeharto, bisa jadi seumur hidup Soeharto tetap berkuasa.. Tidak hanya bisa memimpin Indonesia selama 32 tahun. Ada benarnya pula apa yang sempat diramalkan oleh Ki Ronggowarsito pada masa lalu, bahwa Indonesia bakal dipimpin seorang satrio muktiwibowo kesampar kesandung. Yakni kalau saja ritual tidur di joglangan tak terlewatkan oleh Soeharto, bisa jadi setelah 32 tahun berkuasa, Soeharto tidak akan terlunta-lunta yang pada akhirnya turun dari kursi kepresidenaan.

Tempat-tempat yang biasanya dikunjungi oleh Soeharto sebagai petunjuk spiritual, misalnya Selok. Gunung keramat yang terletak di Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Cilacap. Srandi, Pohon Jambe, Sanggar Pamujan, Sanggar Palereman Kakung, Sanggar Palereman Putri dan Sanggar Supersemar. Dari tempat inilah kegiatan spiritual Soeharto berjalan, dengan tujuan ngalap berkah.

Sayangnya, penulis tidak memiliki foto-foto ekslusif Soeharto ketika sedang melalukan laku ritual di tempat-tempat itu. Tetapi, foto-foto tempat ritual Soeharto yang juga dihadirkan dalam buku ini setidaknya cukup memberikan tambahan pemahaman kepada pembaca.

Memang tidak terlalu jelas runut cerita perjalanan gamblang spiritual Soeharto digambarkan dalam buku ini. Apalagi memang buku ini meneropong sisi lain dari kehidupan seseorang. Sosok Soeharto yang selama ini selalu dilihat hanya dari segi politik dan pertahanan-keamanannya saja. Padahal Soeharto sering kali melakukan laku spiritualnya yang juga harus diketahui publik.

*) Ahmad Makki Hasan
Alumnus Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malang, kini pegiat di Komunitas LACAK (Lingkar Cendikia Kemasyarakatan) Malang

(Tuliasan ini telah dimuat di Koran harian “Malang Post” Minggu, 18 Februari 2007)

Agustus 4, 2009 Posted by | Uncategorized | | Tinggalkan komentar